foto: Sony Dwi Fajrian (isunbanyuwangi) |
Kemiren.
Hampir seantero Banyuwangi sudah tak asing dengan nama desa yang satu ini. Tak
hanya di lingkup Bumi Blambangan, nama Kemiren bahkan sudah mencuat hingga ke telinga
mancanegara. Ketenaran salah satu desa wisata di Kabupaten Banyuwangi ini tak
luput dari peran Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui berbagai Banyuwangi
Festival yang diadakan di Desa Kemiren. Yaitu Barong Ider Bumi, Festival
Tumpeng Sewu dan Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang pada tahun ini akan diadakan
pada 5 November mendatang.
Desa Kemiren tak hanya menyajikan kearifan lokalnya
sebagai keunggulan, adat istiadat, budaya, kekayaan alam maupun kulinernya juga
turut menjadi aset yang diunggulkan. Namun, tak banyak yang tahu bahwa
sebenarnya Desa Kemiren menyimpan aset bangsa yang sangat mahal dan masih
terawat baik hingga sekarang. Apa itu?
Ya, hingga sekarang masih banyak warga asli Desa Kemiren
yang notabene merupakan Suku Osing masih menyimpan Batik khas Banyuwangi dengan
motif yang beragam. Jika tidak ditelisik lebih dalam, sepertinya tak ada yang
membedakan batik tersebut dengan batik-batik yang lain. Batik yang disimpan
oleh Suku Osing asli Banyuwangi ini merupakan batik lawas peninggalan buyut
maupun keluarga mereka yang telah meninggal. Uniknya, mereka tak menyimpan
batik tersebut secara sembarangan. Ada yang menyimpannya dalam sebuah kotak
kayu khusus, bahkan ada yang menyimpannya dalam toples kaca. Menurut penuturan
Agus, salah satu pemilik batik-batik lawas tersebut, mereka menganggap batik
yang diwariskan oleh keluarga mereka merupakan warisan yang sakral. Sebab, dulu
membuat batik tak hanya sekadar mencanting, namun juga harus melakukan tirakat
khusus, seperti puasa. Sehingga, harus benar-
benar dijaga dengan baik.
benar dijaga dengan baik.
Foto: Elsa Mayangsari Isunbanyuwangi |
Tidak
banyak memang yang bersedia untuk menunjukkan koleksi batik-batik lawas itu
kepada khalayak umum. Namun, terdapat salah satu galeri batik yang menjual
batik-batik klasik serta memamerkan koleksi mahal tersebut di Desa Kemiren.
Yaitu galeri batik Cinde Sutro. Ia memiliki 16 koleksi batik lawas yang
merupakan warisan dari neneknya. Batik tersebut berumur puluhan tahun. Terdapat
beberapa motif batik, diantaranya yaitu motif batik Gajah Oling, Yangsing,
Jenongan, Tambal, Sekar Jagad dan Complongan. Sebagian besar merupakan batik
yang nama-namanya masih asing di telinga kita.
Sesuai dengan namanya, yaitu Cinde Sutro yang berarti
Selendang Sutra, galeri milik Bendahara Bumdes Kemiren ini juga memamerkan
koleksi Tenun Sutra yang sekarang sudah hampir punah. “Tenun ini berbahan dasar
kapas yang dipintal terlebih dahulu. Ini koleksi langka, sebab sekarang
pembuatnya hanya tinggal seorang saja yang juga tinggal di Desa Kemiren. Ia
sudah sangat tua, jadi apabila kakek tersebut meninggal maka tenun ini tidak
bisa beregenerasi”, tuturnya menggunakan logat Osing yang khas. Ia menambahi,
dahulu kain tenun tersebut selalu berhubungan dengan kehidupan masyarakat
Osing. Dalam peristiwa melahirkan, kain tersebut digunakan untuk menggendong
sang bayi. Dan saat kematian, kain tenun itu digunakan untuk membungkus pusara
dalam perjalanan menuju pemakaman.
Selain itu, menariknya, ada
salah satu koleksi miliknya yang warnanya agak kusam, bahkan ada sobek kecil di
salah satu bagiannya. Kain bertekstur agak kasar, karena memang terbuat dari
bahan-bahan alami tersebut adalah Jarit Juwono. Ketika ditanya berapa usia
batik tersebut, Agus menjawab bahwa batik tersebut telah berusia ratusan tahun.
Tidak tahu kapan tepatnya, namun batik kuno itu sudah ada sejak 1800-an.
Bahkan, Jarit Juwono juga digunakan oleh penari Seblang dalam Ritual Seblang
pada tahun 1930. Salut. Aset-aset
tersebut masih terawat hingga sekarang.
Foto: sony Dwi Fajrian ( Isunbanyuwangi) |
Foto: Banjoewangi Tempo Doeloe |
Untuk
memenuhi keinginan kolektor maupun peminat batik klasik, galeri batik Cinde
Sutro juga menawarkan replika batik tulis kuno dengan warna klasik dan motif
khas Banyuwangi yang dibanderol dari 1,5 juta hingga 2 juta. Dan bagi mereka
yang tak ingin merogoh kocek terlalu dalam, ia juga menawarkan batik cap maupun
baju-baju batik dengan harga berkisar dari 150 ribu hingga 300 ribu saja. (EMS)