Dua belas ribu
tanaman melon berbagai varietas tampak berderet-deret di atas lahan
seluas 1 hektar di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Tak
hanya melon dengan kulit yang bermotif jaring-jaring (net) yang lazim
ditemui di pasar yang terlihat, namun juga melon berwarna putih dan
kuning yang tak memiliki motif (non net). Belum lagi ukurannya yang
besar dan beberapa bahkan ada yang lonjong, tampak menarik dan segar
untuk disantap, apalagi dalam kondisi cuaca yang panas seperti saat ini.
Pemandangan itulah yang tampak saat Direktur Jenderal (Dirjen)
Hortikultura Kementerian Pertanian , Dr. Ir. Spudnik Sujono K, MM
bersama Direktur Perbenihan Hortikultura, Ir Sriwijayanti Yusuf, MagrSc
dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas melakukan peninjauan di areal
yang menjadi lokasi digelarnya Jambore Varietas Melon Nasional tahun
2015, Sabtu (7/6).
“Wah, gede-gede ya melonnya. Melihat bentuk dan warnanya yang
menggiurkan saja sudah senang, apalagi mencicipinya,” ujar Spudnik,
diiyakan Sriwijayanti dan Anas.
Puas berkeliling dan mengambil gambar di lokasi tersebut, ketiganya
didampingi Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Banyuwangi,
Ikrori Hudanto bersama para penyuluh lapangan langsung menemui para
kelompok tani melon Kecamatan Muncar dan mahasiswa Jurusan Agribisnis
Politeknik Banyuwangi (Poliwangi) yang sudah menunggu untuk beramah
tamah sambil mencicipi jenis-jenis melon.
Di hadapan para kelompok tani dan mahasiswa, Spudnik mengatakan, ini
adalah pertama kalinya dia ke Banyuwangi. Dan begitu dia melihat potensi
hortikultura Banyuwangi, dirinya langsung jatuh cinta. “Banyuwangi ini
potensi hortikulturanya luar biasa. Saya bahkan baru tiba disini
pengennya langsung meninjau sentra hortikulturanya, nggak pake makan
pagi dulu,” ujarnya disambut tawa para petani. Spudnik bahkan tidak
buang-buang waktu. Sebelum berangkat ke lokasi jambore melon, dirinya
sudah berkunjung ke Kecamatan Wongsorejo yang menjadi pemasok
terbesar cabe dan bawang merah untuk Bali dan Kalimantan Barat.
“Potensi yang dimiliki Banyuwangi ini masih bisa terus dikembangkan,
misalnya potensi hortikultura berupa buah melon. Produksi dan
kualitasnya harus terus ditingkatkan. Sebab buah melon ini juga
menjadi penyuplai buah-buahan di hotel-hotel yang ada. Pokoknya kami
akan terus membantu mendorong produktifitas hortikultura Banyuwangi,”
janji Spudnik.
Ke depan, Spudnik menyarankan di Banyuwangi bisa dibangun kawasan
megapolitan hortikultura, yakni kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan
bagi jenis-jenis hortikultura, contohnya seperti kawasan pertanian melon
di Kecamatan Muncar ini. “Dengan adanya megapolitan hortikultura,
benih, lokasi, teknologi dan marketnya akan lebih terjamin,”kata
Spudnik.
Spudnik juga menjelaskan pada para petani, bulan Oktober hingga
Februari adalah puncak musim buah. Pada bulan-bulan tersebut, pemerintah
membuat kebijakan pelarangan impor buah. Hal itu dimaksudkan agar
jangan sampai petani panen buah lokal begitu berlimpah, sementara buah
impor juga masuk, sehingga buah lokal menjadi terbuang dan tidak laku
di pasaran.
Sedangkan di bulan Mei – Agustus, pasokan buah lokal menurun. Menurut
Spudnik, meski pasokan buah turun, tapi melon adalah jenis hortikultura
yang berbuah sepanjang tahun. “Dengan begitu, melon Banyuwangi bisa
kita kondisikan untuk terus berbuah dan memenuhi pangsa pasar
daerah-daerah sekitarnya,” ujar Spudnik.
Sementara itu, Bupati Anas menyampaikan rasa terima kasihnya telah
dikunjungi oleh Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian. “Kami
berterimakasih atas kunjungan Bapak, bahkan dipercaya untuk
menyelenggarakan Jambore Varietas Melon 2015. Hal ini akan semakin
menyemangati kami agar sektor pertanian terus tumbuh,”tutur Anas.
Untuk mendukung sektor pertanian, Anas menargetkan, mulai tahun ini
semua produsen dan distributor pupuk dan obat-obatan yang akan turun ke
petani Banyuwangi, semua harus dipresentasikan di hadapan pemerintah
daerah. “Ini untuk menghindari supaya waktu demonstrasi plot (demplot)
bagus tapi pada pelaksanaannya di lapangan jelek dan merugikan petani.
Misalnya menyebabkan tanahnya rusak dan tidak produktif lagi di kemudian
hari,” tegas Anas yang dalam waktu dekat akan segera membuat peraturan
bupati (perbub) terkait kewajiban presentasi bagi para produsen dan
distributor pupuk dan obat sebelum tersebut.
Penunjukan Banyuwangi sebagai tempat diselenggarakannya Jambore
Varietas Melon 2015 ini ditunjuk langsung oleh Kementerian Pertanian.
Hal itu disebabkan karena potensi hortikultura Banyuwangi, khususnya
buah dan sayuran,dinilai memiliki prospek yang baik.
Mengapa ditempatkan di Muncar? Menurut Kepala Dinas Pertanian,
Kehutanan dan Perkebunan Banyuwangi, Ir Ikrori Hudanto, dari segi SDM,
petani Muncar dianggap lebih responsif terhadap masuknya teknologi
pertanian. Sedangkan dari sisi penanaman, dibanding 5 kecamatan lain di
Banyuwangi yang juga produsen buah melon ( Kecamatan Srono, Tegaldlimo,
Siliragung, Tegalsari, Cluring), Muncar dianggap bisa menghasilkan buah
melon secara terus menerus.
Namun, terkait pemasaran melon itu sendiri, kata Ikrori, selama ini
Banyuwangi hanya memenuhi pasar lokal. Kalau pun dikirim ke Jakarta,
prosentase yang masuk ke pasar modern (swalayan, supermarket) hanya
sekitar 40 – 50 persen, sisanya masuk pasar tradisional. “Dengan adanya
Jambore Varietas Melon ini, kami bisa memperbaiki kualitas, sehingga ada
peningkatan nilai tawar sesuai keinginan konsumen,” tukas Ikrori.
Jambore ini juga sekaligus menjadi sarana mempertemukan antara petani
melon dengan para pelaku usaha. “Tadi juga sudah ada kontrak antara
petani melon disini dengan salah satu pemasok buah dari Jakarta dan
Malang. Dua orang ini mewakili pasar Indonesia modern. Pemasok buah dari
Jakarta lebih menyukai jenis melon berwarna kuning (non net / motifnya
polos tidak berjaring-jaring), sedangkan yang dari Malang lebih suka
melon apel,”beber Ikrori.
Beberapa supplier juga memberikan masukan kepada Ikrori, agar semua
petani hortikultura di Banyuwangi harus memiliki koperasi yang berbadan
hukum. “Ini penting bagi para petani, agar mereka lebih terlindungi
hak-haknya. Sementara selama ini petani kita masih belum punya koperasi
yang berbadan hukum,” ujar Ikrori.
Untuk diketahui, jambore yang digelar digelar selama 3 hari ( 7 –
9/6) ini diikuti oleh 15 perusahaan perbenihan hortikultura nasional.
Mereka mengujicobakan penananaman 63 varietas benih melon unggulannya di
lahan pertanian Muncar. Diantaranya, Ivory, Lola, Melani 1, SW 411,
Kuning bulat, Lucky Star, Melon Apel, Vermelo, Gracia, Eksis F1, Diora,
Aramis, Uranus, Radja, Golden Star, Jitu, Sumo, Aura 1, dan Aura 2.
Juga Quick 1, Quick 2, Sweet M10, Kinanti, Melindo 15, Adinda, Devina,
Zabra, Legita, M3, ME 01, Kirani, Mega 500, SW 444, Green Flash, SW 405,
MAI 119, Galaksi, dan Melindo 10.
Beberapa keunggulan ditampakkan oleh varietas-varietas melon
tersebut. Misalnya Melon Apel yang rasanya sangat manis, buahnya lebat,
buah mudah jadi dan produksinya tinggi. Uranus punya keistimewaan
dagingnya renyah dan manis, serta tangkai buah tidak mudah copot. Golden
Star produksi buahnya tinggi, rasanya manis renyah, tahan penyakit dan
mudah dibuahkan lebih dari satu kali masa tanam. Green Flash buahnya
lonjong dan dagingnya padat. SW 405 daya simpannya lama dan memiliki
kadar gula yang tinggi. Sedangkan Galaksi warna buahnya kuning dengan
daging buah berwarna putih, rasanya manis dan daya simpannya 6 – 10
hari.
Varietas-varietas melon yang dikutsertakan dalam jambore melon ini
ditanam mulai tanggal 7 April, dan tepat dipanen tanggal 7 Juni (60 hari
masa tanam). Pengujiannya langsung dilakukan oleh Dirjen Hortikultura.
“Ini juga dilombakan. 9 varietas melon terbaik akan direkomendasikan
untuk ditanam di Banyuwangi. Indikator terbaiknya adalah dari sisi
produksi tinggi dan penyerapannya di pasaran juga bagus,” kata Ikrori
dalam jambore yang melibatkan para juri dari unsur akademisi (IPB),
media (Majalah Trubus), unsur petani (petani melon sukses dari Ngawi)dan
perhotelan (Santika) ini. (Humas & Protokol)
source: banyuwangikab