Banyuwangi - Memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 73
tahun, Pemkab Banyuwangi menggelar sederet event menarik yang terangkum
dalam Festival Merdeka. Salah satunya, festival karnaval kebangsaan
yang digelar hari ini, Senin (13/8).
Suasana meriah pun langsung
tergelar saat ribuan pelajar menampilkan beragam kesenian Indonesia. Ada
yang membawakan tari kecak dari Bali, tari lilin dan tari payung khas
Minang Kabau, serta tari Muang Sangkal dari Madura. Tentunya, kesenian
asli Bumi Blambangan juga ditampilkan.
Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko mengatakan, karnaval
kebangsaan adalah agenda rutin yang digelar setiap tahun di Banyuwangi.
Acara ini konsisten menampilkan beragam adat dan budaya Nusantara untuk
mengingatkan seluruh warga akan kebhinekaan Indonesia.
“Melalui karnaval kebangsaan ini kita tampilkan Indonesia dalam
bentuk mini. Wujud Indonesia yang kaya akan ragam budaya, etnis, adat
istiadat dan agama. Dengan semangat kemerdekaan, mari jadikan kegiatan
ini momentum agar kita selalu sadar menjaga kebhinekaan. Tetaplah
bersatu dalam kondisi apapun, jangan mudah terpecah belah,” kata Wabup
Yusuf.
Festival Karnaval Kebangsaan ini diikuti sebanyak 3000 pelajar
tingkat SMP/MTs dan SMA/MA/SMK Negeri dan swasta se-Banyuwangi yang
terbagi dalam 24 kontingen.
Karnaval yang dilepas dari depan Kantor Pemkab Banyuwangi menuju
finish di Taman Blambangan ini, diawali oleh penampilan menarik 100
penari yang membawakan tarian Pelangi Nusantara. Tarian ini menceritakan
keberagaman budaya, adat dan tradisi masyarakat Indonesia diantaranya
kebudayaan Papua, Bali dan Jawa.
Penampilan mereka, disusul barisan drumband, yang secara
berturut-turut diikuti barisan di belakangnya. Ada barisan pembawa
bendera merah putih dan identitas negara, lalu diikuti barisan
masing-masing kontingen dengan kostum yang memvisualisasikan kebhinekaan
suku dan adat di Bumi Pertiwi. Ada Suku Madura, Dayak, Betawi, Adat
Papua, Minang Kabau, dan masih banyak lagi.
Tak ketinggalan, sajian apik fragmen yang mengisahkan beragam tradisi
dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti tradisi Karapan Sapi Madura,
Kisah Roro Jonggrang, dan Ramayana.
“Kami harap karnaval tematik semacam ini bisa diterapkan juga di
tingkat kecamatan. Sehingga semangat menjaga kebhinekaan juga bisa
dirasakan hingga ke daerah,” imbuh Wabup Yusuf.
Selain menampilkan Indonesia dalam bentuk mini lewat kostum bhinneka
tunggal ika yang dikenakan peserta, karnaval ini juga menampilkan karya
IPTEK pelajar SMK se Banyuwangi. Misalnya, teknologi robot, perkapalan,
dan teknologi pembangkit listrik tenaga air, uap dan surya.
Karnaval ini semakin istimewa kala barisan anak-anak penyandang
disabilitas yang tergabung dalam kontingen pendidikan khusus layanan
khusus (PKLK) turut beraksi dengan menampilkan sejumlah prestasi yang
mereka raih. Misalnya, ada yang juara I bulu tangkis tingkat provinsi
khusus bagi penyandang Tuna Rungu.
Alunan musik khas Banyuwangi yang rancak di sepanjang jalan protokol
Banyuwangi semakin membuat pawai ini berlangsung atraktif dan tidak
membosankan. Pesertanya pun terlihat antusias menampilkan atraksinya.
Seperti yang diungkapkan Jovencia Aileen, siswi SMP Katholik Santo
Yusuf Banyuwangi ini mengaku sangat senang bisa menjadi peserta
karnaval.
“Senang sekali bisa ikut karnaval ini karena bisa melihat betapa
berwarnanya Indonesia. Mulai pakaian adatnya, kuliner, kesenian, hingga
tradisinya. Makanya, saya sengaja mengajukan diri ke sekolah,” kata
Jovencia. (*)